• Latest Entries »

    Minggu, 16 Mei 2010

    R.A.Kartini

    R.A.Kartini


    Kartini berasal dari keluarga bangsawan Jawa.Ayahnya RMAA Sosroningrat, merupakan Bupati Jepara.Kartini adalah anak ke 5 dari 11 bersaudara, kandung dan tiri, sekaligus sebagai perempuan tertua.Keluarga Kartini adalah keluarga yang cerdas.Sang kakek, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, menjadi Bupati dalam usia 25 tahun.Kakak Kartini bernama Sosrokartono, mampu menguasai 26 bahasa yang terdiri dari 17 bahasa negeri Timur dan 9 bahasa negeri Barat.
    Sebagai anak dari bangsawan Jawa yang memeluk agama Islam, sudah menjadi kebiasaan untuk memanggil guru mengaji ke rumah.Namun yang namanya "mengaji" kala itu ternyata hanya menghafal surah-surah al Qur'an dalam bahasa Arab dan tidak di sertai dengan terjemahannya.Kartini tidak bisa menerima hal tersebut.Dia menanyakan makna dari ayat-ayat yang di ajarkan.Tapi bukan jawaban yang ia dapat, sang guru mengaji malah memarahinya.

    Pada waktu itu, Kartini banyak mempunyai sahabat dari kalangan wanita Belanda yang tinggal di Indonesia.Ia sering berkirim surat dan menceritakan keluh-kesahnya kepada sahabat-sahabatnya tersebut.
    Kepada salah seorang sahabatnya yang bernama Stella, Kartini menulis surat pada 6 November 1899 :
    " Mengenai agamaku Islam, Stella, aku baru menceritakan apa ?.Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain.Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam.Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya ?.Al Qur'an terlalu suci, tidak boleh di terjemahkan ke dalam bahasa apapun.Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab.Di sini orang di ajar membaca Al Qur'an, tetapi tidak mengerti apa yang di bacanya.Ku pikir, pekerjaan gilakah, orang di ajar membaca tapi tidak di ajar apa makna yang di bacanya itu.Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya.Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella ? ".
    Kepada sahabat lainnya E.E.Abendanon, Kartini menulis surat pada 15 Agustus 1902 :
    " Dan waktu itu aku tidak mau lagi melakukan hal-hal yang tidak tahu apa perlunya dan apa manfaatnya.Aku tidak mau lagi membaca Al Qur'an, belajar menghafal perumpamaan-perumpamaannya dengan bahas asing yang tidak aku mengerti artinya, dan jangan-jangan guru-guruku pun tidak mengerti artinya.Katakanlah kepadaku apa artinya, nanti aku akan mempelajari apa saja.Aku berdosa, kitab yang mulia itu terlalu suci sehingga kami tidak boleh mengerti apa artinya ".

    Dahaga Kartini mengenai agama Islam sedikit mulai terpuaskan saat berkenalan dengan KH.Mohammad Sholeh bin Umar, seorang Ulama asal Semarang yang sering di sebut Kyai Sholeh Darat.Suatu hari, ketika Kartini bertamu ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak, Pangeran Ario Hadiningrat, waktu itu sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga.Saat itu Kyai Sholeh Darat tengah menguraikan tafsir Al-Fatihah.Kartini sangat tertarik pada materi tersebut dan usai pengajian ia mendesak pamannya agar mau menemaninya untuk menemui Kyai Sholeh.Saat itu terjadi dialog antara Kartini dengan Kyai Sholeh Darat, seperti yang di tulis oleh ibu Fadhila Sholeh, cucu dari Kyai Sholeh Darat :
    " Kyai perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya ?".Tertegun Kyai Sholeh mendengar pertanyaan yang di ajukan oleh Kartini.
    " Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian ?", Kyai Sholeh balik bertanya.
    " Kyai, selama hidupku baru kali inilah aku sempat mengerti makna dan arti surah pertama dan induk dari Al Qur'an yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku.Maka bukan buatan rasa syukur hatiku kepada Allah.Namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para Ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al Qur'an dalam bahasa Jawa.Bukankah Al Qur'an itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia ?".

    Sejak saat itu, Kyai Sholeh tergugah untuk menterjemahkan Al Qur'an ke dalam bahasa Jawa.Dan di hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh menghadiahkan kepadanya terjemahan Al Qur'an (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Qur'an), jilid pertama terdiri dari 13 juz, mulai dari surah Al Fatihah hingga surah Ibrahim.Dan sejak saat itu di mulai-lah era pembelajaran Kartini terhadap agama Islam.

    Setelah Kartini mengenal Islam lebih dalam, maka sikapnya terhadap Barat mulai berubah :
    " Sudah lewat masanya, tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya.Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa sempurna ?.Dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut di sebut sebagai peradaban ?".
    (Surat Kartini kepada Ny.Abendanon)

    Kartini juga menentang semua praktek Kristenisasi di Hindia Belanda :
    " Bagaimana pendapatmu mengenai Zending, jika bermaksud berbuat baik kepada rakyat Jawa semata-mata atas dasar cinta kasih, bukan dalam rangka Kristenisasi ?....Bagi orang Islam, melepaskan keyakinan sendiri untuk memeluk agama lain, merupakan dosa yang sebesar-besarnya.Pendek kata, boleh melakukan Zending, tapi jangan mengkristenkan orang.Mungkinkah itu dilakukan ?".
    (Surat Kartini Ny.Abendanon)

    Bahkan Kartini bertekat memenuhi panggilan surah al Baqarah ayat 193, berupaya memperbaiki citra Islam, yang selalu di jadikan bulan-bulanan dan sasaran fitnah Barat.Dengan bahasa yang halus Kartini menyatakan :
    " Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut di sukai ".
    (Surat Kartini kepada Ny.Van Kol)

    Ada sebuah ayat Al Qur'an yang sangat membekas di dalam hati Kartini yakni Qur'an surah al Baqarah ayat 257 yang menyatakan bahwa : Allah-lah yang membimbing orang-orang beriman dari gelap kepada cahaya (Minazh-Zhulumaati ilan Nuur), sebab itu-lah Kartini memberi judul kumpulan tulisan-tulisannya mengutip ayat tersebut.Hanya saja karena di tulis dalam bahasa Belanda " Door Duisternis Tot Licht ", maka oleh Armijn Pane, seorang Kristen, lalu di terjemahkan menjadi " Habis gelap terbitlah terang ".Suatu perumpamaan yang sangat tidak tepat.

    Belakangan di ketahui jika sahabat-sahabat Kartini dari kalangan Belanda adalah orang-orang yang memang sengaja di kirim pemerintah Hindia Belanda agar mampu mengarahkan Kartini untuk tidak menjadi kritis, apalagi tumbuh menjadi pemimpin umat.
    Orang-orang ini adalah :

    J.H Abendanon dan E.E.Abendanon (Ny.Abendanon).
    Suami istri ini tiba di Hindia Belanda (Indonesia) pada tahun 1900, dengan tugas melaksanakan politik Etis.Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan kerajinan Hindia Belanda ini merupakan sahabat dekat Snouck Hurgronje.Bersama Hurgronje, keduanya melancarkan politik Asosiasi, agar generasi muda Islam mengidentifikasikan dirinya dengan Barat.Menurut mereka umat Islam-lah yang paling keras permusuhannya terhadap penjajahan.Sebab itu pemuda pribumi harus "di Baratkan", yang harus di mulai dari kalangan ningrat.Hurgronje menyarankan Abendanon untuk mendekati Kartini.Dengan misi itulah Abendanon menjalin hubungan baik dengan Kartini.

    Estelle Zeehandelaar (Stella).
    Seorang perempuan Yahudi Belanda yang berhaluan feminis militan.Dia bersahabat dengan tokoh sosialis Van Kol, wakil ketua SDAQ (Partai Sosialis Belanda) di Tweede Kamer (Parlemen).

    Nellie Van Kol (Ny.Van Kol).
    Seorang penulis Humanisme Progresif yang paling berperan dalam mendangkalkan aqidah Kartini.Awalnya, dia ingin mengkristenkan Kartini, namun gagal secara formal.Namun demikian banyak pemikiran Kristen yang sedikit banyak mempengaruhi Kartini.Hal ini jelas terlihat pada surat yang di kirim Kartini kepada Dr.Adriani (seorang Pendeta sahabat Abendanon) :
    " Ny.Van Kol banyak menceritakan kepada kami tentang Yesus yang tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar semua itu ".


    Demikianlah sekelumit fakta sejarah dari kehidupan dan perjuangan R.A.Kartini dalam mempertahankan aqidah Islam yang selama ini sangat mungkin, jarang di ketahui oleh generasi-generasi sesudahnya.

    " Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mendustai ayat-ayat Kami, dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, sedang mereka mempersekutukan Tuhan mereka ".
    (Qs al An'aam 6:150)

    " Orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.Katakanlah, "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)".Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu ".
    (Qs al Baqarah 2:120)



    Wallahu'alam bishawab, semoga bermanfaat.

    Komentar :

    ada 0 komentar ke “R.A.Kartini”

    Posting Komentar